Masyarakat indonesia
dan kompleks kebudayaannya yang heterogen (beraneka ragam). Hal
ini dapat dilihat dari banyak dijumpainya berbagai sub kelompok masyarakat yang tidak
bisa disatukan satu dengan yang lainnya. Demikian pula dengan kebudayaan
mereka, sementara heterogenitas merupakan kontraposisi dari homogenitas
mengindikasi suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan ketidaksamaan dalam
unsur-unsurnya.
Indonesia dengan
beraneka ragam budaya yang ada, secara logis akan mengalami berbagai permasalahan,
persentuhan antar budaya akan selalu terjadi karena permasalahan silang budaya
selalu terkait erat dengan curtural
materialisme yang mencermati budaya dari pola pikir dan tindakan dari
kelompok sosial tertentu. Pola ini banyak tentu saja dipengaruhi oleh faktor
keturunan (genetik), ketubuhan dan hubungan
sosial tertentu.
Adapun dalam
berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan seringkali mengalami masalah atau hambatan-hambatan yang tidak diharapkan
sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai atau
norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Padahal, syarat untuk terjalinya hubungan itu tentu saja
harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu
dengan lainnya. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti
dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan pada
gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall dalam Soerjono (1996) bahwa komunikasi adalah budaya
dan budaya adalah komunikasi. Yang kesemuanya dapat diarahkan untuk mewujudkan
terciptanya integrasi nasional atau pembangunan nasional.
Pembangunan Nasional
tidak lepas dari aspek sosial budaya. Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri
dari berbagai budaya, karena adanya kegiatan dan pranata khusus. Perbedaan ini
justru berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial
masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat, dalam tatanan sosial, agama dan
suku bangsa, telah ada sejak nenek moyang, kebhinekaan budaya yang dapat hidup
berdampingan, merupakan kekayaan dalam khasanah budaya nasional jika identitas budaya tersebut
dapat bermakna dan
dihormati, bukan untuk kebanggaan dan sifat egoisme kelompok, apalagi diwarnai
kepentingan politik.
Komunikasi Sosial Budaya
Komunikasi sosial budaya pada dasarnya jelas menerangkan bahwa ada
penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam
berlangsungnya proses komunikasi. Komunikasi sosial budaya juga mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai
persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku
komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi
individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba
untuk melakukan interaksi.
Komunikasi
dan budaya yang mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang.
Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi
pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti
yang dikatakan Edward T. Hall
(Soerjono,1996), bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah
komunikasi. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan
norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat
kepada masyarakat lainnya ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya menetapkan norma-norma (komunikasi)
yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.
Unsur pokok
yang mendasari proses komunikasi sosial budaya adalah konsep-konsep tentang kebudayaan dan komunikasi. Hal ini perlu digaris bawahi bahwa pengertian tentang komunikasi sosial budaya memerlukan suatu pemahaman
tentang konsep-konsep komunikaasi dan kebudayaan serta saling ketergantungan
antara keduanya. Saling ketergantungan ini terbukti, apabila disadari bahwa
pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu
kelompok kebudayaan khusus tertentu. Kesamaan tingkah laku antara satu generasi
dengan generasi berikutnya hanya dimungkinkan berkat digunakannya sarana-sarana
komunikasi.
Peranan Komunikasi Sosial Budaya dalam Pembangunan
Komunikasi
dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat.
Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan sebagaimana disebutkan Siebert,
Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem
komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan
asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat
dan negara (www.usu.ac.id).
Strategi
pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna komunikasi pembangunan
pun bergantung pada modal atau paradigma pembangunan yang dipilih oleh suatu
negara. Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli,
pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam
pembangunan. Everett M. Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara sederhana
pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan
ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Pada bagian lain
Rogers menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial (www. usu.ac.id).
Perubahan
yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik
atau lebih maju keadaan sebelumnya. Oleh karena itu peranan komunikasi dalam
pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya kegiatan
komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan.
Hedebro sebagaimana dikutip Zulkarimen Nasution (2004), menyampaikan peranan yang dapat dilakukan komunikasi sosial budaya dalam pembangunan, yaitu:
o
Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan
dengan membujukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang
menunjang modernisasi.
o
Komunikasi dapat mengajarkan
keterampilan-keterampilan baru, mulai dari baca-tulis ke pertanian, hingga ke
keberhasilan lingkungan, hingga reparasi mobil.
o
Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang
merupakan perangsang untuk bertindak nyata.
o
Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan
norma-norma baru dan keharmonisan dari masa transisi.
o
Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di tengah kehidupan masyarakat.
o
Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada
masyarakat yang bercirikan tradisional, dengan membawa pengetahuan kepada
massa. Mereka yang beroleh informasi akan menjadi orang yang berarti, dan para
pemimpin tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang-orang lain
yang juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.
o
Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan
sebagai sesuatu yang mengatasi kesetiaan-kesetiaan lokal.
o Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi
menyadari pentingnya arti mereka sebagai warga negara, sehingga dapat membantu
meningkatkan aktivitas politik.
o Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi
program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.
o Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi,
sosial, dan politik menjadi suatu proses yang berlangsung sendiri.
Simpulan
Perbedaan
kebudayaan dan gaya-gaya komunikasi berpotensi untuk menimbulkan
masalah-masalah dalam komunikasi sosial budaya. Tetapi tidak saja perbedaan,
melainkan juga lebih penting lagi, kesulitan untuk mengakui perbedaan yang
menyebabkan masalah serius dan mengancam kelancaran komunikasi sosial budaya
yang dapat menjurus kepada disentegrasi nasional. Maka, kesadaran akan variasi
kebudayaan ditambah dengan kemauan untuk menghargai variasi tersebut akan
sangat mendorong hubungan antar kebudayaan. Bhineka Tunggal Ika sebagai
semboyan, menampakkan bahwa kongruensi antara aspek kebhinekaan yang manunggal
dalam kebhinekaan harus menjadi kunci penyelesaian masalah.
Nilai
budaya yang berkembang dalam suatu masyarakat, akan selalu berakar dari
kearifan tradisional yang muncul dan berkembang sejalan dengan perkembangan
masyarakat itu sendiri, kemajemukan masyarakat Indonesia dengan ciri keragaman
budayanya tidak bisa secara otomatis terintegrasi menjadi kebudayaan nasional
yang sama mantapnya dengan setiap sistem adat yang ada, karena kebudayaan
nasional tersebut baru pada taraf pembentukan. Maka, peran komunikasi sosial
budaya dalam mewujudkan pembangunan nasional harus ditingkatkan. Antara lain
melalui sikap saling menghargai antar manusianya, pendidikan, dan pelaksanaan
ketertiban peraturan perundang-undangan yang adil dan demokratis.
Referensi
Kusumohamodjojo,
Budiono. 2000. Kebhinekaan Masyarakat Indonesia. Grasindo. Jakarta
Liliweri,
Alo. 2007. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. LkiS. Yogyakarta.
Lubis,
Lusiana Andriani. 2002. Komunikasi Antar Budaya. Jurusan Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Nasution,
Zulkarimen. 2004. Komunikasi Pembangunan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Saputra, Andi. Dkk. 2012. Peranan Komunikasi Sosial Budaya dalam
Pembangunan Nasional. Tidak dipublikasikan
Sitompul,
Mukti. Konsep – Konsep Komunikasi Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara dalam http://library.usu.ac.id/download/fisip/
komunikasi-mukti.pdf
Soekanto,
Soerjono. 1996. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta